Jumat, 25 Desember 2009

harapan pada sebuah layar ponsel

Mata bisa terpejam,
mulut bisa terbungkam,
pikiran dapat dialihkan,
tapi suara hati tak dapat dipenjarakan.

Kau boleh mengeluarkan cacian kecil kepada para pemberi harapan.
Tapi jangan kau pungkiri kalau kau memang tetap tersenyum setelah membaca pesan singkat dalam ponsel, yang sebelumnya memang kau bumbui dengan sindiran yang pedas.

Senyum yang ada memang hanya sebentar saja seperti kilat yang tak pernah betul disadari adanya sampai hujan bisa dirasa.
Lalu kembali pasang wajah yang seakan kecewa, kembali berbicara satir menyindir, dan mulai memikirkan harapan-harapan lain yang berusaha dibuat sejauh mungkin dari harapan layar ponsel yang hanya dapat menuai senyum.

Semakin jauh dan jauh sekali, hingga sampai-sampai lupa apa harapan yang benar-benar baru yang memang diinginkan dan kembali berujung pada awalnya.

Awal yang memang berawal dari ponsel itu,
dari pesan singkat itu,
dari senyuman kilat itu,
dari satirnya sindiran itu.

Jadi bagaimana...
lebih baik berhenti saja,
lepas saja belenggunya,
buka kunci teralis besinya,
biar saja bebas sebebas-bebasnya,


Tak jadi masalah bila menemui hal yang salah,
karena di depannya pasti ada hal yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar