Rabu, 01 Juni 2011

Celoteh anak pada IBUkotaNYA

Pada obrolan di warung pinggir jalan.
Pada setiap jalanan yang becek dan berlubang.
Pada kebisingan deru mesin sore hari yg membuat senja lekas pergi.
Pada debu dan waktu yang habis berlalu.
Pada semua yang tersaji di kota ini.

Selalu kutanya dimana dirimu.
Sampai lelah mencari dimana dirimu.
Sampai hampir mati, mati suri, lalu hidup lagi.
Sampai semangat termakan usia.
Belum bisa kutemui.
Cuma belum, bukan tidak
Yakin saja selalu ada kemungkinan.

Hey! Ibukota
Berilah pencerahan bagi mereka yang hidup di bawah ketiakmu.
Beri mereka keyakinan dan kekuatan.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang cukup.
Untuk sadar dari serakah dan serakah.
Untuk membela perut tanpa berebut.
Untuk berbagi tanpa umbar janji.
Dan untuk segala hal yang membuat kami dan kau tetap bertahan hidup.
Dan untuk itu semua saya berkata-kata.
Baru ini saja yg saya bisa..
Semoga..
Tertanam terus di benak saya.
Tanpa terlupa.
Tanpa terluka.
Semoga sejahtera.

Untuk kamu yang selalu cemburu dengan senja

Setiap sore datang telepon genggamku berbunyi, percakapan dimulai dengan kamu yang selalu bilang; pasti sore ini kamu terlambat lagi deh jemput aku.

Dan aku selalu menjawab;tunggulah sebentar, bersabarlah sedikit. Aku cuma memandang senja sebentar. Tenang saja, ini tidak akan memakan waktu yang lama. Tak akan lama seperti menunggumu berdandan di toilet kantor sebelum pulang. Tak akan lama seperti bercengkrama dengan macetnya jalanan ke rumahmu.


Kemudian itu semua berlalu dimakan waktu.
Kemudian hubungan ini semakin rapuh termakan waktu.
Dan kebosanan pun datang melawan waktu.
Dan kamu mulai lebih sering bertanya.

Tentang terlambat krn senja.
Tentang hubungan dan masa depan.
Tentang ketakutan akan perpisahan.
Tentang apa saja yg kamu mau.


Aku jawab semua itu dengan memperdengarkan padamu sebuah lagu.
Dan aku memberikan penekanan pada sepenggal liriknya.


“Sementara, akan ku karang cerita tentang mimpi jadi nyata untuk asa kita berdua”


Aku tau, lirik lagu ini tak menjawab segala pertannyaanmu.
Aku tau, bukan cerita karangan yang kamu mau.
Aku tau, kamu sama sekali tidak puas akan jawaban itu.


Tapi aku sangat tau, senyuman dan matamu yang berbinar jelas hadir sebagai tanda kalau kamu bahagia.


Walaupun cuma di saat itu.
Walaupun sementara.




lirik lagu : Float - Sementara

Aku, kamu dan nafsu

Matahari turun.

Gelap naik perlahan.

Seperti birahi aku dan kamu yg lama tertahan.

Maafkan bibir ini, yg begitu pandai mencari tempat yg nyaman di bibir mu.

Dekapan kadang erat kadang terlepas.

Ritme nafas naik turun melaju bersama cumbu.

Segala yg tertutup terlanjur terbuka.

Berserak di lantai buta.

Lenguhan dan gesekan bersatu menjadi bunyi dgn sedikit harmonisasi.

Semua terjadi begitu saja.

Dimana dua menjadi satu.

Diantara peluh.
Diantara lenguh.
Diantara dekap tubuh.

Diantara itu semua kejadian terlewat cepat dan sulit teringat.

sampai klimaks datang mengundang lelah.

Berakhir dengan lelap.

Tersadar oleh sinar.

Dan yang satu kembali terpisah.

Fiksi; mencuri mimpi menuju nyata

Malam tadi, telah ku curi sepotong mimpi.
Lalu Kutoreh di atas kertas menjadi fiksi.

Mimpi tentang mu yang tak benar-benar aku tahu.
Fiksi tentang rona merah pipimu dan lekuk indah tubuhmu.

Sayang sekali mimpi tak punya tombol berhenti.
Andai saja ada, akan kutekan tombol itu kuat-kuat. Agar wajah dan tubuh indahmu bisa benar-benar kuingat.

Agar tak bernasib seperti fiksi yang ada dari hasil terka.
Agar jadi hal nyata yang bisa dirasa.
Agar semua harap tak jadi sia-sia.

Dan yang terpenting, bukan lagi hanya sepucuk surat yang tersisa di pagi buta.
Tapi sesosok tubuh yang nyata di depan mata.