Selasa, 11 Oktober 2011

(Jog)Jakarta

Untuk Magic Rainbow




Sepuluh jam perjalanan kereta...



Di kepala...


Ada pelangi
7 warna yang magis
Hadir bersama gerimis.


Ada kau yang rajin senyum dan tertawa.

Ada kimia, fisika dan matematika.

Ada janji
Pada senja diantara bebatuan candi.


Ada angkringan
Obrolan ringan
Susu coklat dan gorengan.




Dan...








Adanya tulisan ini,
Untuk keinginan akan sebuah pertemuan (lagi).






MATRAMAN
20110824

Rabu, 05 Oktober 2011

Nona, (jangan) Tunggu!

Nona...
Apakah kita tidak bisa berjalan saja?

Kau begitu bersemangat.
Kau telah mengisi penuh hasrat.

Tapi kau setengah berlari,
terlalu cepat...

Sedang rasa yang ku punya terhalang kerikil buta.
Sedang langkah ku tak bersepatu,
teramat pelan untuk mengejarmu diantara kerikil itu.


Aku tak akan memanggil nama mu.
Karena ku tak ingin membagi telapak yang berdarah.



Diantara langkah mu yang terburu,
tubuhku membiru.
Diantara tawa kecil mu,
hati dan intuisi bergesekan pilu.
Menahan rasa ngilu.

Sedang kau terlihat semakin cepat,
melangkah jauh hampir tak terlihat.

Tak kukantongi kompas menuju ke arah mu...

Hanya sedikit keyakinan terselip di saku.
Hanya detik yang berdetak,
meneteskan rindu pada trotoar jalan.


Pada langkah,
pada arah,
pada semua tentang mu,
yang indah.

Selasa, 04 Oktober 2011

Malam

Saya rasa malam adalah seorang ibu...
Atau setidaknya wanita tua yang sabar...




Malam tak pernah lelah mendengar segala keluh kesah.
Selalu bersedia menampung setiap tetes air mata.
Menjaga setiap tubuh dalam peristirahatan.
Memberi sunyi untuk setiap ketenangan.
Memberi senyum untuk setiap kesenangan.
Memberi pelukan pada setiap percintaan.










Terimakasih malam.

Pada Sore dan Atap

Di atas atap kita menertawakan kota yang gedung-gedungnya ketinggian.

Apa kau masih ingat?


Sempat pula berkhayal menjadi pesulap yang bisa menghilangkan gedung-gedung penghalang.
Agar bisa melihat jelas tiap senja datang.

Kemudian........ kau menangis di pelukanku.
Berkeluh kesah tentang dunia yang kadang melupakan sastra.

Lalu kubilang; dunia memang berisi manusia yang akrab dengan lupa.
Jadi, tetaplah menulis untuk mengingatkan diri dan mereka.

Tangismu terhenti..........


Nafas mu tenang dan teratur.......










Saat itu juga ingatan mu tentang ku mulai luntur.